Awalnya kenapa mas Indra menyutradarai film ini?
Cerita ini pertama kali gw dapet dari penulisnya, Lintang, di tahun 2004. Ceritanya unik, Indonesia banget. Setelah beberapa kali miting, kita akhirnya memutuskan wujud dari saus kacang itu adalah Saus Kacang sate. Setelah awalnya kita memikirkan kemungkinan apakah nantinya saus kacang tuk roti, selai, sampai gado-gado, pecel, somay.
Kenapa syutingnya baru dimulai tahun 2008, cukup lama ya?
Di tengah-tengah pengembangan scenario, entah kenapa itu sempat terbengkalai, karena kita semua sibuk di TV, baik saya dan Lintang. Terus di tahun 2006 kita sempat mulai lagi, terus berhenti lagi, terus kita mulai lagi di tahun 2007, sampai di tahun 2008 karena modal nekat. Hahaha..
Kira-kira kapan tepatnya diputuskan di mulainya syuting ini ?
Itu lumayan lama ya, kira-kira Maret 2008. Jadi kita ngerasa saatnya tuk ngelanjutin proyek film ini, yang lumayan lama terbengkalai. Jadi penulisnya mulai buka file lagi, itu klo gak salah dah draft 8 or 9. Terus proses kreatif, samapi akhirnya persiapan total tuk melaksanakan syuting sekitar akhir mei or awal Juni 2008.
Selama itu sudah sampai scenario tahap berapa?
Finalnya tuh sampai scenario draft 11 fixed. Sebenarnya draft 12, tp kita bilangnya 11fixed. Jadi ada perubahan sedikit di endingnya. Itu kira-kira 2 hari sebelum syuting fixednya.
Jadi waktu 4 tahun itu tidak membuat masIndra mundur untuk tetap membuat filmnya ya?
Itu siy akhirnya dah jadi becandaan aja ya. Jadi gak siy nih film. Dari yang awalnya sebel, karena gak jelas jadi gak siy nih film dibuat, sampai akhirnya ya becandaan aja. Tapi gw tetap optimis kalau film ini memang tetap harus diproduksi. Karena alasannya produksinya mundur juga bukan karena film ini sesuatu yang ribet sehingga harus dipersiapkan selama bertahun-tahun, tapi memang murni karena kesibukan masing-masing pihak dengan pekerjaannya masing-masing, jadi belum bisa konsentrasi sepenuhnya untuk film ini. Lebih ke situ aja siy.
Sempet ada perasaan gak PD gitu gak karena sempet keputus prosesnya bbrp kali ?
Kalau dibilang PD siy gak PD ya, dibilang yakin siy yakin aja. Dalam arti begini, dari segi teknis, penguasaan cerita, dan segala macem yang sifatnya lebih ke profesi siy gw sama sekali gak ada grogi-groginya ya. Cuma, deg-degannya itu adalah bagaimanapun juga ini medianya beda ya. Karena biasanya gw membuat sesuatu untuk di TV, sekarang bikin untuk layar bioskop. Jadinya deg2nya mengenai itu aja siy. Artinya bahwa gw harus lebih teliti dalam setiap pengambilan keputusan, entah itu sifatnya kreatif maupun adminitratif, karena bagaimanapun kita main dalam screen yang besar ya. Jadi ketelitian dan kedetilan dalam visualisasi itu penting banget.
Film Saus Kacang ini bercerita tentang apa siy?
Saus Kacang ini bercerita tentang satu hal, tentang cinta sudah pasti. Dan cinta itu bentuknya kan macem-macem ya. Nah saus kacang itu lebih menitik beratkan pada Dejavu Cinta.
Apa siy Dejavu Cinta itu ?.. jadi sesuatu hal yang terjadi di masa lalu, yang kemudian terjadi lagi di kehidupan kita sekarang, jadi seperti pengulangan.
Nah Saus Kacang itu bercerita kalau ‘Dejavu Cinta’ itu ga ada. Bahwa cinta itu pasti punya peristiwa sendiri-sendiri, punya cerita sendiri2. Jadi apa yang dirasakan oleh tokoh Dewi kalau dia pernah mengalami kegagalan cinta beberapa tahun yang lalu, itu hanya perasaan semata. Bahwa “wah ini pasti gw akan jatuh lagi”.. kenapa seperti itu, karena dia mendapat cowok yang sosoknya sama. Sama-sama turis, sama-sama bukan orang orang lokal, sama-sama tamu hotel, sedangkan dia sebagai pegawai hotel, sama semua. Di sini, Saus Kacang membuktikan bahwa dahulu dan sekarang sangat berbeda.
Point dari saus kacang adalah gak ada tuh yang namanya Dejavu Cinta. Jadi loe harus percaya bahwa yang namanya cinta itu gak ada Dejavu, yang namanya cinta itu hanya butuh jodoh, chemistry, kecocokan, waktu yang tepat. Dan ketika itu terjadi, maka gak akan terjadi sesuatu hal yang menyakitkan hati, itu aja.
Ada lagi gak yang masIndra ingin sampaikan ke penonton dengan adanya film Saus Kacang ini?
Point yang paling besar adalah itu. Kalau bicara tentang cinta, jangan percaya bahwa Dejavu akan terjadi pada kita. Setiap cinta pasti punya ceritanya sendiri2. Itu point yang utama.
Di samping itu, di film ini kan gw pakai setting Bali. Itu bukan hanya lokasinya aja yang gw pakai, bukan hanya propertinya aja yang gw pake. Tapi di film Saus Kacang ini bercerita tentang, peristiwa percintaan Fredo dan Dewi ini dibalut dengan sebuah perayaan besar di Bali, yaitu NYEPI. Ya sekaligus bantu pemerintah lah, untuk Visit Indonesia Year 2008 or 2009.
Kenapa Bali yang dipilih sebagai lokasi syuting ?
Di sini kan ada tokoh Dewi, seorang kepala Koki di hotel bintang 5. Dimana dia memiliki hubungan percintaan dengan tamu hotel yang bukan orang lokal, asli dari Indonesia. Nah dari sini aja kan lokasi Bali lebih tepat ya dibandingkan daerah-daerah lain, karena di Bali tingkat turis Internasionalnya itu tinggi. Bali hampir selalu menjadi top of mind orang-orang ketika mereka berbicara mengenai liburan. Jadi kemungkinan terjalinnya percintaan antara tamu hotel dan pegawai hotelnya itu mungkin banget.
Kemudian kita juga misinya mau bantu pemerintah juga siy ya. Visit Indonesia Year 2008 or 2009. Jadi ini bisa menjadi salah satu elemen untuk memperkenalkan pariwisata Bali. Juga sekaligus memperkenalkan Indonesia pada dunia luar ya. Makanya kita pilih beberapa tokoh juga bukan orang Indonesia ya. Supaya dikenal lagi.
Jadi misinya banyak sekali sebenarnya. Nah kemasannya tentu saja kita buat bukan dalam kemasan yang menunjukan kalau ini film seni, bukan sesuatu yang menggurui. Ini kemasannya pop. Artinya, semua orang bisa menonton film ini. Kalau bisa ambil hikmahnya, ambillah hikmahnya. Walaupun kalo nantinya tidak bisa diambil hikmahnya, yang pasti film ini sangat menghibur. Dekat dengan kita.
Kenapa NYEPI ?
Terus terang gw sangat terkesan dengan hari raya NYEPI ini. Karena gw sempat lihat di salah satu televisi swasta tentang Nyepi dan kaitannya dengan isu Global Warming. Ternyata umat Hindu Bali selama ini sudah aware akan issue ini. Bahwa mereka walau hanya setahun sekali selama 24jam telah mengistirahatkan bumi, dan itu membawa dampak yang besar sekali.
Terus hubungannya dengan Saus Kacang, bahwa ternyata gw bisa ambil hikmahnya dari Nyepi itu. Dimana dua orang yang sangat bersiteru, berantem terus, dua orang yang tidak cocok satu sama lain dan kayaknya mau perang terus, tapi karena Nyepi, mereka dihukum di saat Nyepi, ternyata membawa hikmah bagi yang bersiteru, berantem tadi. Hingga mereka jadi baikan. Bukan hanya baikan, tapi juga timbul cinta diantara mereka.
Ada riset khusus mengenai pemilihan lokasi di Bali ini dan pemilihan Hari Raya Nyepi sebagai time frame-nya?..
Pastinya ada, dan lumayan lama waktunya. Gw riset sendiri aja, bukan riset khusus yang masuk dalam budget produksi. Contohnya tentang Ogoh-ogoh yang gw masukkan di film ini. Ogoh-ogoh itu adalah seperti boneka raksasa yang bentuknya menyeramkan karena melambangkan setan, yang sering digunakan dalam ritual sebelum Nyepi. Dimana ogoh-ogoh itu diarak malamnya sampai tengah malem, dikumpulin di suatu tempat dan dibakar, dimana itu menandakan bahwa mereka harus balik karena jam 6pagi besoknya mereka harus menjalankan ritual Nyepi.
Itu semua gw tahu karena gw ke sana. Kebetulan saat gw berkunjung ke tempat tante gw yang tinggal di sana, itu 1 hari sebelum Nyepi. Jadi kesempatan gw balik ke Jakarta adalah hari itu juga atau lusa setelah Nyepi. Karena gw balik setelah Nyepi, jadi gw sempat melihat ritual yang dilakukan masyarakat Bali sebelum dan setelah hari raya Nyepi.
Itulah yang gw aplikasikan ke film ini. Berusaha membawa suasana sebelum dan setelah Nyepi itu ke dalam film ini dengan tidak mengada-ada. Karena itu kan hari raya besar ya, hari Raya umat Hindu, jadi gw gak boleh main-main untuk menggambarkannya.
Selain itu gw juga lihat di TV, search di website, internet, dll. Nah dari situlah gw juga mulai menentukan bahwa syutingnya gak boleh lewat dari bulan Agustus, karena suasana Bali, dan hawanya sudah akan berbeda.
Sempet ada kendala untuk ijin syuting di Bali ?
Sebelum gw hunting lokasi di Bali, gw sempet harus presentasi cerita dulu ke pemerintahan Bali. Jadi apapun yang akan syuting di Bali, harus melalui perijinan dari BAFIDA (Badan Film Daerah), yang terdiri dari instansi-instansi Pemerintahan yang mensensor layak atau tidaknya sebuah scenario untuk syuting di sana. Alhamdulillah gw Cuma presentasi selama 5 menit, dan mereka ternyata menyambut positif sekali dan malah mendukung habis akan film ini. Dan terus terang ya, itu lebih deg-degan daripada ujian akhir film saya. Hahaha…
Dan setelah itu, sampai setelah gw ke Jakarta lagi, Alhamdulillah aman tentram, dan lancer-lancar aja, ga ada kendala sama sekali. Hehe..
Mengenai pemain, apakah dari awal sudah ditentukan pemainnya Bunga Citra Lestari dan Ashraf ?
Sebenarnya gw ada beberapa calon. Tapi akhirnya yang kita nilai cocok dan paling tepat memerankan karakter ini adalah BCL. Baik dari segi acting dan jadwal juga ya. Jadi sekitar dari bulan April lah gw mulai follow-up BCL.
Kita tawarin scenario ke Bunga, dia sangat excited. Lalu tiba-tiba gw lihat di infotainment kalau dia punya pacar orang Malaysia. Gw ajak lagi ketemuan dengan dia & cowoknya, yg akhirnya gw tahu namanya Ashraf. Ngobrol2, ternyata Ashraf itu bintang film juga di Malaysia, dan cukup terkenal. Dia juga kasih liat beberapa showreel-nya ke gw. Nah dari situ gw lihat kalau dia cocok tuk memerankan Fredo, baik dari segi acting, umur, penampilan cocok. Jadi langsung lah kita mengurus perijinannya, dan Alhamdulillah tidak ada hambatan. Jadi, gw ajaklah mereka berdua main di film Saus Kacang ini.
Mereka berdua sebagai pemain utama di sini mejalani proses reading berapa lama?.. atau karena sudah bener-bener pasangan jadi ga perlu reading mendalam?
Reading tentu saja ada, karena itu perlu. Awalnya reading kita setting selama 7 hari. Akhirnya selama reading hari pertama, kedua, akhirnya gw putusin tuk stop di reading hari ke-3. Karena gw gak mau terlalu kelihatan diatur. Gw gak mau mereka memainkan karakter yang ada dalam scenario ini dengan terlihat sudah terlalu dilatih. Gw tetep pengen ada spontanitas yang lahir ketika syuting. Gw memang lebih suka itu.
Alasan kedua, gw takut kalo gw pushed mereka reading tetep 7 hari, nantinya yang muncul adalah karakter mereka masing-masing, bukan karakter atau kepribadian Dewi dan Fredo. Itu mungkin saja kan muncul ketika mereka ke-PD-an kalau mereka bisa memerankan karakter itu.
Misalnya contoh begini, Padahal di sini posisinya menjadi terbalik ya. BCL itukan aslinya PD banget, sedangkan di sini gw gak butuh dia yang PD banget. Kekakuan dia dengan gak PD-nya, itu gw butuhin banget di visualisasi gw itu. Jangan sampe dia dengan PD acting tuk tidak PD, kan aneh ya.
Begitu juga Ashraf. Dia itu aslinya adalah orang yang diam, cool, pengalah, dan sangat bijak. Sementara di sini karakter yang menggebu-gebu dan ngotototan abis. Kalau gw latih terus, gw create terus kayak gitu, gw takutnya spontanitasnya gak keluar. Makanya gw bilang cukup 3 hari aja ke mereka.
Karena sebenarnya di film ini gw ga butuh mereka yang akur, mereka yang mesra, mereka yang chemistry-nya kuat seperti mereka keseharian ya. Di film ini niy hamper ¾ film mereka kan berantem mulu. Itu yang nantinya gw takut kalo kelamaan reading nantinya malah ga dapet. Jadi gw butuh banget ekspresi Bunga yang kaget ngeliat Ashraf bener-bener marah, yang mungkin dalam kesehariannya belum pernah dia lihat. Nah itu, ekspresi itu yang gw butuhin, ekspresi yang ga perlu di bikin-bikin.
Nah Alhamdulillah itu gw dapetin semua.
Di film ini BCL kan berperan sebagai koki. Susah gak ngarahinnya supaya terlihat jago masak. Atau memang adegan masaknya gak teralu banyak?
Awalnya susah. Karena pada dasarnya si Bunga gak suka masak dan ga bisa masak. Makanya gw suruh dia tuk belajar masak, or at least lebih sering merhatiin nyokap or pembantunya masak. Yang pasti siy dia harus bisa ngulek kacang di cobek ya, karena tokoh Dewi di sini kan sering sekali ngulek kacang.
Nah pada saat reading, gw praktekkanlah secara detil semua yang harus Bunga lakukan di film itu. Jadi dia harus belajar itu. Lumayan ya, sampai tangannya pegel-pegel. Dia coba ngulek dari yang awalnya Cuma 2 menit, dia minta istirahat karena pegel, tapi ama gw gak boleh. Trus 5 menit, naik lagi hingga 10menit, 15 menit, sampai yang akhirnya tangannya bener-bener pegel banget sampe keram, kebas gitu. Akhirnya gw kasih istriharat.
Di situ gw lihat kesungguhan dia mendalami karakter ya. Jadinya dia cuma meringis ke gw kesakitan, trus bilang “gila ya loe nyiksa gw!”. Ya gw bilang lagi memang harus seperti itu, kalo gak scene-nya gagal. Karena Dewi kan digambarkan sering menumpahkan kekesalannya dengan menumbuk kacang. Makanya scene numbuk kacang itu harus benar-benar terlihat natural. Itu siy yang mungkin bagi dia adalah tantangan berat di film ini.
Boleh di explore sedikit tentang karakter utama di film ini, Dewi dan Fredo ?
DEWI itu adalah seorang perempuan biasa, yang hidup dan bekerja di perantauan. Dia orangnya periang, sangat bersahaja, dan sangat sederhana. Ya dia ke Bali memang karena pekerjaan yang menempatkan dia di sana. Dewi ini mewakili orang luar Bali yang bekerja di Bali lah intinya.
Nah celakanya, tokoh Dewi ini bertemu dengan tamu hotel, lalu dia jatuh cinta. Dimana ini adalah hal yang biasa ya terjadi di sana. Lalu kemudian dia menjadi putus asa karena patah hati. Tapi kemudian dia bangkit untuk mementingkan karirnya daripada hatinya. Dan akhirnya dia sukses menjadi kepala koki di salah satu hotel ternama di sana hanya dalam waktu 5 tahun. Dan kemudian dia bertemu dengan tamu hotel yang ternyata pernah mengalami patah hati seperti dia, bahkan lebih parah ya. Nah dari situlah cerita berjalan.
Kalau FREDO sebenarnya adalah orang yang sangat enerjik, sangat romantic, sangat loveable. Tapi karena tiba-tiba ia ditinggalkan oleh calon istri yang tidak datang di hari pernikahan mereka, berubahlah si Fredo ini menjadi orang yang sangat urakan, temperamental, cari gara-gara, gak percaya sama orang, alergi dengan perempuan dan orang-orang yang berpasangan. Pokonya dia berubah menjadi orang yang 180 derajat berbeda dengan karakter dia aslinya. Itu akibat kekecewaan yang amat dalam yang menimpanya.
Jadi dengan adanya dua karakter yang sangat kontradiktif ini, maka kemudian terjadilan falling in love ala Saus Kacang. Hahaha…
Terus karakter lainnya?
Sebenarnya konsep di awal, gw siapain 4 orang yang memang actor yang Bintang, dari Jakarta. Jadi tokoh Dewi [Bunga Citra Lestari], Fredo [Ashraf Sinclair], Manu [Christian Sugion], dan Nenek [Rima Melati]. Itu aja sebenarnya.
Tapi di perjalanan, setelah gw melakukan casting di Bali, gw gak menemukan aktris yang bisa dengan baik memerankan karakter ILA. Mungkin karena keterbatasan waktu gw juga ya. Nah akhirnya gw review lagi, dan akhirnya diputuskan yang memerankannya adalah Nadia Saphira. Dan Nadia memang pas banget meraninnya.
Karena tokoh Ila ini memang penting banget ya di sini. Dia adalah karakter yang bisa mengubah point of view si karakter utama. Dia tidak hanya sebagai sahabatnya Dewi. Tapi dia juga tokoh yang bisa membuat tokoh Dewi mengubah keputusannya secara tiba-tiba. Karena ia memikirkan pendapat yang Ila sampaikan. Nah itu semua gw lihat di Nadia.
Trus kemudian kenapa ada Bams SAMSONS. Di sini dia berperan sebagai suami Ila. Gw merasa tokoh suami Ila itu Bams banget. Makanya di sini nama karakternya juga Bams. Gw juga melihat bahwa Bams punya bakat acting yang lumayan ya, walaupun diri dia sendiri gak pede dengan bakatnya itu. Tapi gw yakin setiap penyanyi pasti punya bakat acting lah, karena merekan kan bikin video klip ya. Nah masalah kaku atau gak kaku itu masalah jam terbang aja. Tapi gw lihat dia bagus meraninnya.
Terus kenapa juga ada BAND SAMSONS yang muncul di sini. Di sini kan ada setting dinner di kapal pesiar ya ceritanya. Tadinya gw mau nampilin band yang biasa main di tempat-tempat tersebut. Tapi kemudian kepikiran, kenapa gak band ternama aja ya yang beneran main di scene ini. Nah muncullah band Samson. Karena selain lagu-lagunya bagus, juga karena salah satu personilanya main di sini. Ya jadilah kita ngurus semua perijinannya, dan Alhamdulillah mereka mau ya, walaupun kepastiannya baru deket-deket mo syuting. Agak deg-degan juga tuwh. Hahaha…
Lalu kenapa gw memilih Christian Sugino sebagai tokoh MANU. Manu ini kan adalah cowok yang sangat Dewi cintai. Yang membuat Dewi terpuruk dalam rasa patah hati yang amat sangat. Yang membuat Dewi gak percaya lagi akan adanya cinta. Nah, maka dari itu untuk visualisasinya, gw butuh sosok Manu yang perfect. Yang ganteng, keren, juga secara intelektual pintar, yang perfect lah. Nah karena itulah muncul nama Christian Sugiono. Sebenarnya ada beberapa calon, tapi akhirnya Christian yang gw rasa paling cocok meraninnya. Dan gw rasa semua cewek-cewek setuju lah dengan pilihan gw. Hehehe…
Terus sebagai mantan calon istri Fredo, Mae. Ini gw pilih aktris dari Malaysia ya, Marsha Milan Londoh. Ini sebenarnya proses yang cukup rumit ya, dan terus terang sempet bikin gw stress. Karena ga dapet-dapet pemainnya, sedangkan syuting dah mo jalan. Dua setengah bulan nyari akhirnya baru ketemu. Dan itu semua gak lepas dari bantuan Ashraf ya yang ngasih gw banyak banget masukan.
Tokoh Mae ini sebenarnya Cuma gw butuhin tuk 2 hari syuting dan hanya beberapa scene. Tapi tetep gw gak boleh sembarangan kan. Mae ini haruslah yang cantik banget ya, cantik khas Melayu. Selain itu harus yang 180 derajat beda dengan Dewi. Dia harus yang sangat elegan juga, sangat feminin. Karena ceritanya kan Fredo adalah turis dari Malaysia yang datang ke Bali harusnya dalam rangka bulan madu. Tapi karena tunangannya ninggalin dia, akhirnya berangkatlah dia sendiri ke Bali sekaligus tuk nenangin diri dari sakit hati. Maka itulah yang meranin tokoh Mae harus aktris dari Malaysia juga.
Gw dah megang hampir semua list aktris-aktris di Malaysia. Terus terang itu milihnya susah banget, karena banyak factor yang harus dipertimbangkan. Selain kecocokan karakter, juga masalah jadwal, perijinan, dll. Nah akhirnya, didapatkanlah nama Marsha Milan Londoh ini. Dan track record-nya di Malaysia dah ok banget ya. Dia adalah penyanyi yang sangat terkenal di sana, juara AFI, bintang iklan, juga seorang aktris. Cocok banget lah untuk meranin karakter Mae.
Dari keseluruhan pemain itu, ada kesulitan ga dalam mengarahkan mereka?
Alhamdulillah enggak ya. Mereka semua professional, kooperatif, jadi sama sekali ga ada kesulitan bagi gw untuk mengrahkan mereka semua.
Mungkin yang agak sedikit sulit adalah pemain-pemain local yang gw pake di film ini ya. Karena kan kebanyakan dari mereka belum pernah main di layar kaca ataupun layar lebar. Jadi gw lebih menyediakan waktu ekstra aja untuk mengarahkan mereka. Itu aja.
Kendala yang dihadapi saat syuting?
Kendala yang cukup besar kita hadapi di sini mungkin adalah ya menghadirkan suasana Nyepi di bulan Agustus ya. Jadi nanti kalo liat ada bendera-bendera merah putih di filmnya ya maklum aja lah ya. Hahaha…
Jadi sebelum dan setelah Nyepi itu kan ada suasana ya. Suasana itulah yang harus gw hadirkan di film ini. Seperti di jalan-jalannya ada spanduk atau tulisan Selamat Hari Raya Nyepi. Terus hampir di setiap Banjar membuat Ogoh-ogoh. Mereka merakit ogoh-ogoh dari bamboo hingga akhirnya menjadi seperti besar seperti raksasa.
Jadi misalnya Dewi jalan, melewati Banjar yang sedang merakit ogoh-ogoh baru keliatan bambunya aja. Terus besokannya dia jalan lagi, melewati banjar lainnya, dah mulai keliatan bentuknya. Dan begitu seterusnya. Itu yang harus gw jaga agar time frame-nya jelas bahwa itu adalah sebelum hari Raya Nyepi.
Itu aja ya kendalanya. Selebihnya Alhamdulillah gak ada. Semua bersahabat, baik cuaca, orang-orang atau pihak-pihak terkait di sana yang terlibat, kru gw, pemain, dll. Semua berjalan sebagaimana mestinya, sesuai dengan deadline. Jadi gw bersyukurlah tidak mendapatkan kendala yang berarti pada saat syuting film pertama gw.
Itu semua gak lepas dari dukungan pemain dan kru gw juga ya. Karena mereka dah tahu taste gw seperti apa, jadi dah satu tujuan lah.
Hal-hal yang seru saat syuting ?
BANYAK!.. semua proses pembuatan film ini dari awal sampai akhir bener-bener seru bagi gw.
Karena tiap adegan yang kita ambil itu tidak pernah berulang di lokasi yang sama. Lokasinya itu pindah-pindah, set-nya banyak. Memang di sini banyak scene travelling-nya ya, jadi kalau nanti lihat di filmnya, set-nya itu banyak banget. Hehe..
Jadi gw ga mau ambil set yang biasa. Jadi pada saat mereka ditangkap oleh Pecalang, gw maunya desanya itu yang ga umum, yang bener-bener asli Bali. Makanya akhirnya muncul desa Pangipure, dekat Bangli (kira-kira 2 jam dari Denpasar), yang memang dilestarikan pemerintahan Bali sebagai desa Bali yang asli.
Awal ide kenapa juga lokasinya banyak banget, karena gw pikir kalau lokasinya Cuma pantai melulu, atau sawah melulu, jadinya ga ada yang special ya di film ini. Makanya akhirnya kita pakai lokasi ada yang di Ubud, yang pegunungan. Kita ada syuting di hutan, pohon kelapa, ada pantai, Hotel bintang 5, desa kecilnya bali, terus perkotaan Bali. Terus juga bandara internasional-nya Bali kita ekpos juga. Padahal di sana kita Cuma dikasih waktu 2 jam untuk syuting. Jadi bener-bener kita dukung lah pariwisata Bali.
Ada kesulitan gak siy bagi para kru karena syuting yang pindah-pindah itu, pasti capek kan karena property-nya banyak?..
Dari awal meeting gw sudsh kasih tahu ke mereka, bahwa film ini akan banyak travelling-nya, hampir tiap hari. Ada travelling di sawah, hutan, under water, jalan raya, dalam bandara, dll. Jadi mereka dah prepare ya. Properti yang dibawa memang yang dikondisikan untuk itu.
Mungkin yang agak sedikit shock bagian kamera ya, karena DOP-nya ga ikut hunting, dia hanya berdasarkan gambaran dan penjelasan dari gw aja. Tapi kan penjelasan sama lihat langsung kan kadang-kadang suka beda ya. Dan juga, lokasi yang gw pilih memang gak biasa dipake syuting. Jadi 1 hari sebelumnya Arya Teja hunting ke lokasi yang akan dipake kesokannya. Hampir tiap hari gitu. Awalnya dia terkaget-kaget, tapi dia bisa ngatasin kendala itu kok. Karena yang paling banyak bawaannya kan departemen kamera ya. Hehe..
Nah yang lucu juga kalau scene travelling ini, jadi gw yang nyetir motor, Arya yang nge-shoot dengan kameranya. Jadi kru-kru yang lain nunggu di satu tempat, sebagian ngikutin kita, ada yang lari-lari, ada yang pake motor. Gitu. Itu juga salah satu hal yang menarik bagi gw, lucu banget.
Syutingnya pake kamera apa?
Sony EX1
Setelah berkecimpung selama 11 tahun dunia sinetron, ini kan film pertamanya masIndra, ada perbedaan yang signifikan ga antara syuting film dan syuting sinetron ?
Terus terang banyak sekali perbedaannya ya, terutama dalam kelonggaran waktu. Kalo di sinetron, kayaknya waktu tuh cepet banget abisnya. Kerjaan belum selesai tahu-tahu dah tayang. Jadi setiap hari kita dikondisikan pagi nyampe, suting ampe tengah malem, kita harus siap sekian puluh scene, dan harus segera diedit, dan harus tayang. Sementara di film itu pelan ya. Tapi pelan bukan berarti ga cepet ya, jadi lebih hati-hati aja, lebih sabar. Karena media yang kita gunakan tuk penayangan kan lebih besar, jadi segala sesuatunya terlihat jelas, jadi harus sangat detil.
Makanya setelah dua setengah hari syuting, gw baru merelakan diri gw untuk lebih tenang, lebih sabar, lebih enjoy. Karena di hari pertama itu gw masih yang “kok setting ini lama banget ya, kok gitu lama banget ya..”, gw bener-bener ga sabaran banget. Tapi Alhamdulillah akhirnya itu teratasi.
Ya di sini gw menyadari bahwa untuk membuat sesuatu itu ada saatnya harus tenang, pelan, jadi tidak harus terus cepat-cepat ya. Jadi kita lihat lah kondisinya.
Nah selain itu, kalo di sinteron berat badan gw gak pernah naik, tapi kalo di film berat badan gw naik. Mungkin karena kebanyakan duduk ya. Dan juga makannya teratur. Kalo di sinetron kan makan bisa jam 4sore baru mulai. Hahaha…
Jadi ini bener-bener pengalaman menarik lah buat gw.
Apa harapan masIndra untuk film Saus Kacang ini?
Semoga film ini bener-bener bisa dinikmati oleh siapa pun yang nonton. Artinya, kalau ada pelajaran yang baik atau yang buruk, ya dijadikannya masukan aja buat diri masing-masing. Kalaupun Cuma diambil menghiburnya aja, ya gw juga happy. Karena kan artinya film ini berdampak lah bagi yang nonton.
Kenapa kita harus nonton film SAUS KACANG ini?
Karena film ini cewek banget dan di sisi lain juga cowok banget. Tentang cinta, jatuh cinta, putus cinta, dari point of cewek dan cowok yang universal. Jadi semua pasti bisa ngerasainnya.
Jadi loe harus nonton film ini!!